Jumat, 11 April 2008

Drama dalam karya sastra


PENULISAN KREATIF NASKAH DRAMA

Sebelum menulis naskah drama sebaikanya kalian atau anda semua harus mengerti tentang sedikitmateri tentang drama. Kalian semua harus memahami ini semua Sekarang baca dulu materi yang berhungan tentang drama oke...... oke dech ....



* Pengertian Drama

     Kata Drama berasal dari Kata dramoi (kata kerja dran) dalam bahasa Yunani. Menurut Alvian B. Kernan (1969: 286) kata drama berasal dari kata drama, kata kerja dran yang artinya berbuat (“to do”) atau bertindak (to act”)Dapat disimpulkan dram adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud pertunjukkan oleh actor (Indarti, 2006: 45)


*  Unsur Drama dalam Karya Sastra


    1.Tema dan Amanat



        Pengalaman dramatik yang lahir dikehidupan itu, pada suatu saat merangsang dan menggetarkan jiwa pengarang untuk mencipta. Mereka mencipta untuk memberi bentuk (baca : mengungkapkan) ekspresif atau impresil yang dapat mendukung pengalaman dramatic yang dapat menggetarkan jiwanya itu. Dari pengalaman dramatik, diangkatlah satu ide, gagasan atau persoalan pokok yang menjadi dasar sebuah tema. Jadi tema (theme) adalah gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa pokok (Sudjiman, 1984: 74).
Amanat (message) dalam lakon adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada publiknya. Teknik menyampaikan pesan tersebut dapat secara langsung maupun tak langsung. Secara tersurat (melok, Jawa), atau secara simbolis (perlambangan) (Satoto, 1985: 16).


    2. Alur (Plot)
        Menurut Riris K. Sarumpaet (1977: 14 -15), menyatakan alur ialah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hukum sebab-akibat; dan merupakan pola perkaitan peristiwa yang menggerakkan jalannya cerita ke arah pertikaian dan penyelesaiannya.
Marjorie Boulton (1971 : 64) dalam bukunya yang ebrjudul The Anatomy of Drama pernah mengatakan bahwaalur itu seyogiyanya disesuaikan dengan lingkungan; terutama lingkungan publiknya (baca: Pembaca, pendengar atau penonton).
       Dilihat dari sisi lain, ada bermacam-macam alur sebagai berikut:
a.Alur menanjak (rising plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang semakin menanjak sifatnya;
b.Alur menurun (falling plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang semakin menurun sifatnya;
c.Alur main (progressive plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang berurutan dan berkesinambungan secara kronologis dari tahap awal sampai tahap akhisr cerita (melalui tahap-tahap; pemaparan atau perkenalan, penggawatan atau perunutan, klimaks atau puncak, peleraian, dan kemudian penyelesaian);
d.Alur mundur (regressive plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang urutan atau penahapannya bermula dari tahap akhir atau tahap penyelesaian, baru tahap-tahap peleraian, puncak, perumitan dan perkenalan;
e.Alur iwus (straight plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra, yang penahapannya runtut atau urut, baik sebagai alur maju maupun alur mundur;
f.Alur patah (break plot), yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang penahapannya tidak urut atau runtut, tetapi patah-poatah.
g.Alur sirkuler (circular plot), alur bindar atau alur lingkar. Bahkan sering terjadi alur yang melingkar-lingkar tak jelas ujung pangkalnya; disebut alur spiral (dari A ke A lagi. Contoh: drama “kapai-kapai” karya Arifin C. Noer);
h.Alur linear (linear plot), yaitu alur lurus (progressive plot). Contoh dari tahap A sampai ke Z.
i.Alur episodik (episodik plot). Sering disebut nonlinear plot. Jalinan peristiwanya tidak lurus, tetapi patah-patah. Alur episodik ini merupakan alur kecil. Peristriwa yang dijalin ke dalam alur episodik ini merupakan episode-episode atau bagian dari cerita panjang. Misalnya episode-episode dalam Bharata Yudha (termasuk di dalamnya episode “Karna Tanding”) (Satoto, 1984: 17).



    3. Penokohan (karakterisasi atau perwatakan)


        Yang dimaksud penokohan disini adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak dalam suatu pementasan lakon. Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Karenanya, tokoh-tokoh harus dihidupkan. Penokohan menggunakan pelbagai cara. Watak tokoh dapat terungkap lewat; (a) tindakan; (b) ujaran atau ucapannya (c) pikiran, perasaan dan kehendaknya; (d) penampilan fisikny; dan (e) apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikehendaki tentang dirinya atau diri orang lain.
Ada empat jenis tokoh peran yang merupakan anasir keharusan kejiwaan yaitu (1) Tokoh Protagonis peran utama, merupakan pusat atau sentral cerita; (2) Tokoh antagonis peran iwaan, ia suka menjadi musuh atau penghalang tokoh protagonis yang menyebabkan timbulnya tikaian (konflik); (3) Tokoh Tritagonis peran penengah, bertugas menjadi pelerai, pendamai atau pengantar protagonis dan antagonis; (4) Tokoh Peran Pembantu, peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik (tikaian) yang terjadi; tetapi ia diperlukan untuk membantu menyelesaikan cerita.



4.Latar (Setting)
   
 Istilah ‘latar’ (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang dan waktu terjadinya peristiwa. Ada perbedaan yang tidak mudah dilihat antara setting bagian dari teks dan hubungan yang mendasari suatu lakuan (action) terhadap keadaan sekeliling. Latar, dapat menjadi lebih luas dari sekadar urutan lakuan; dan tidak tergantung pada arti dari setiap peristiwa.
Jelasnya latar (setting) dalam lakon tidak sama dengan panggung (stage). Tetapi panggung merupakan perwujudan (visualisasi) dari setting. Stting mencakup dua aspek penting yaitu: (a) aspek ruang, dan (b) aspek waktu. Di samping dua aspek tersebut, ada satu aspek lagi yang perlu dipertimbangkan yaitu (c) aspek suasana.


* Jenis-jenis drama



a.Drama pendidikan
    Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama didaktis. Pada abad pertengahan, lakon menunjukkan perilaku-perilaku yang dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan sebagainya. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud untuk mendidik.
b.Drama duka (tragedy)  

    Drama duka adalah drama yang pada akhir cerita tokohnya mengalami kedukaan. Romeo-juliet. Machbeth. Hamlet, Roro Mendut-Pronocitro, pada hakikatnya adalah drama duka. Jika kemudian ada sebutan lain, maka karena tokoh-tokohnya pada pertengahan cerita menunjukkan sifat khas yang menyebabkan penamaan lain seperti peperangan, percintaan, dan sebagainya.

c.Drama ria (Comedy)
    Drama ria (ng) adalah drama yang menyenagkan; cara memperoleh kesenangan pembaca tidak dengan mengorbankan struktur dramatik.
d.Closed Drama (Drama untuk dibaca)
Drama jenis ini hanya indah untuk bahan bacaan. Para sastrawan yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis Closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau kemungkinan pentasnya kecil.

e.Drama teatrikal (drama untuk dipentaskan)
   Menurut koordinatnya seharusnya semua naskah drama dapat dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama teatrikal mungkin nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dipentaskan sangat tinggi. Drama treatrikal memang menciptakan untuk dipentaskan.

f.Drama Romantik
   Jenis drama romantik ditulis pada zaman romantik, yaitu mulai akhir abad XVIII sampai awal abad XIX. Drama-drama Jerman karya Schiller dapat diklasifikasikan sebagai drama romantik. Jenis drama ini juga disebut drama puisi atau drama benbentuk sajak.

g.Drama adat
    Drama adat mementingkan penggambaran adat-istiadat di dalam suatu masyarakat atau daerah atau suku tertentu. Dalam hal ini, drama tidak boleh bersifat imajinatif, sepanjang memotret adat suatu daerah, tata cara hidup, cara berpakaian, cara mengungkapkan sesuatu, adat perkawinan, pemakaman, dan sebagainya harus diungkapkan sejujur mungkin karena merupakan potret adat suatu tempat atau masyarakat. Pelaku dan ceritanya dapat bersifat imajinatif, akan tetapi potret adat tidak boleh demikian.

h.Drama liturgi
    Pada awalnya, drama digunakan sebagai sarana upacara. Drama liturgi maksudnya adalah drama yang dikaitkan dengan pelaksanaan upacara agama, baik dalam liturgi inti, maupun hanya sebagai alat memperoleh daya tarik saja.

i.Drama simbolis
   Drama simbolis atau drama lambang adalah drama yang menggunakan lambang artinya pelukisan lakon tidak langsung ke sasaran. Kejadian yang dilukiskan dipergunakan untuk melambangkan tokoh lain dalam masyarakat.

j.Monolog
  Monolog sebenarnya lazim kita jumpai dalam masyarakat. Pelawak-pelawak dalam ludruk dan ketoprak biasanya melakukan monolog sebelum patner mainnya datang. Dalam ludruk, pelawak akan meyanyi “juli-juli” dulu sendirian, kemudian melakukan monolog, baru kemudian datanglah patner mainnya. Demikian juga halnya dalam ketoprak, wayang kulit, dan wayang orang. Dalam wayang kulit malahan seluruh lakon itu dipentaskan secara monolog.

k.Drama lingkungan
    Drama lingkungan disebut juga teater lingkungan, yaitu jenis drama modern yang melibatkan penonton. Dialog drama dapat ditambah oleh pemain sehingga penonton dilibatkan dengan lakon. Tujuan utama teater lingkungan adalah membuat tontonannya akrab dengan penonton.
Drama lingkungan telah dipelopori oleh Marjuki, seorang dramawan yang juga redaktur majalah “Semangat” dari Yogyakarta sekitar tahun 1960-an. Dalam seniman sinting terdapat warna gila-gilaan. Sebenarnya yang paling inti dalam drama lingkungan bukan sifat-sifat gilaan itu. Tetapi keterlibatan penonton dalam lakon. Drama-drama yang dipentaskan oleh Teater Jeprik Yogyakarta pada hakikatnya adalah drama lingkungan.

l.Komedi Intrik (Intrique Comedy)
   Komedi intrik adalah jenis komedi yang mengundang ketawa secara langsung dengan melalui penciptaan situasi yang lucu dan bukan dari watak atau dialognya.

m.Drama Mini Kata (Teater Mini Kata)
     Goenawan mohammad menyebutkan teater mini kata, sedangkan Arifin C. Noer menyebutkan teater primitif. Pada hakikatnya, sepertihalnya namanya, drama mini kata adalah jenis drama dengan kata-kata seminim mungkin. Di Indonesia, jenis drama mini kata dikembangkan oleh Rendra sekitar tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Drama-drama mini kata yang digubahnya, misalnya: “Bip-Bop”, “RambateRate-rate” “Di Mana kau Saudaraku”, dan “Piiiip”.

n.Drama Eksperimental
    Penamaan drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan belum memasyarakat. Biasanya jenis drama ekperimental ini adalah drama nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum setruktur lakon, baik dalam hal struktur tematik maupun dalam hal struktur kebahasaan.
o.Sosio drama
    
Sosio drama adalah bentuk pendramatisiran peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat.bentuk sosio drama merupakan bentuk drama yang paling elementar. Simulasi dan rol plying dapat diklasifikasikan sebagai sosio drama. Latihan-latihan dasar penulisan lakon dan pemeranan tokoh biasanya dapat efektif dilakukan melalui sosio drama

p.Drama Absurd
    Drama absurd sebenarnya berhubungan dengan sifat lakon dan sifat-sifat tokohnya-tokohnya. Penulisan drama absud berpandangan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat absurd, oleh sebab itu tokoh-tokohnya juga haruslah bersifat absurd pula. Absurditas adalah sifat yang muncul dari aliran filsafat eksistensialisme, yang memandang kehidupan ini mencekam, tanpa makna, memuakkan. Jika manusia sadar akan keberadaannya seperti dalam eksistensialisme, maka manusia akan merasa bahwa hidup ini absurd.

q.Drama improvisasi
    Kata “improvisasi” sebenarnya berarti spontanitas. Drama-drama tradisional dan drama klasik kebanyakan bersifat improvisasi. Dalam teater mutakhir kata “improvisasi” digunakan untuk memberi nama jenis drama mutakhir yang mementingkan gerakan-gerakan (acting) yang bersifattiba-tiba dan penuh kejutan. Drama improvisasi biasanya digunakan untuk melatih kepekaan pemain sehingga pemain dapat memerankan tokoh yang dibawakan lebih hidup dan realistis.

r.Drama sejarah
   Drama sejarah juga disebut chronical play, yaitu drama yang disusun berdasarkan bahan-bahan sejarah, tetapi peristiwa dan karakter tokoh-tokohnya bersifat lebih bebas (longgar). Misalnya , drama “Nogososro Sabuk Inten” yang naskah aslinya disusun oleh S. H. Mintardjo, disusun berdasarkan fakta sejarah yang dibumbui dengan imaji pengarang.


* Para Pelaku
   Suatu pementasan terlahir berkat kerja sama yang baik. Riuh rendahnya tepukan penonton bukan untuk satu orang saja. Sebabnya, dibalik suatu pementasan, terdapat para pekerja seni yang piawai dibidangnya.
a.Penulis Naskah
b.Sutradara
c.Narator
d.Pemain
e.Penata Artistik
f.Penata Rias

g.Penata Kostum


*Langkah dan pementasan drama

1. Langkah-langkah Pementasan


Langkahg-langkah Pementasan Drama adalah sebagai berikut:
a.Menyusun nasah naskah.
b.Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan.
c.Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
d.Melakukan pemilihan peran.
e.Mendalami peran yang akan dimainkan.
f.Sutradara mengetur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain.
g.Pemain menjalan latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas.
h.Gladiresik atau latihan terakhir sebelum pentas.
i.Pelaksanaan pementasan sesuai dengan yang telah direncanaka
n.
2. Teknik Pementasan
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bermain drama
a.penggunaan bahasa, baik cara pelafalanmaupun intonasi, harus relevan. Logat yagn diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan.
b.Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog.
c.Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat berimprovisasi di luar naskah.
Membaca dengan baik tiap kalimat
yang diucapkan tokoh drama, dapat menggambarkan karakter tokoh serta konflik yang timbul di dalamnya. Untuk itu seorang pemain drama harus meresapi isi cerita. Ia harus memeperhatikan petunjuk yang dituliskan pengarang (mengenai suasana, gerak tokoh) serta kalimat-kalimat yang diucapkannya. Kalimat yang diucapkan harus sesuai dengan suasana yang dimaksud. Begitupun gerak yang dilakukannya.

 

* Menanggapi pementasan drama
   
 Dalam sebuah ulasan drama, yang dikemukakan adalah garis besar dari isi drama itu. Hal lain yang perlu dikemukakan adalah hal-hal berikut:
1.Tema
2.Alur cerita
3.Penokan
4.Latar atau setting panggung
5.Tata suara
6.Suasana pertunjukan
7.Unsur-unsur pendukung pertunjukan lainnya.



3 komentar:

dusun imajinasi dunia drama mengatakan...

bagus

hasyimiahazahra mengatakan...

Terima kasih banyak, sangat membantu :)

Unknown mengatakan...

Ya Lumayan lahh makasih kakaakk